created by: Mei Maharani Srikandi
[No Copas!]
~intro~
Namaku Bilva Munawwar. Murid kelas XII di salah satu sekolah menengah pertama di Jakarta. Aku tinggal sendiri. Tidak, sebenarnya aku tinggal bersama kedua orang tuaku. Hanya saja, mereka sangat jarang berada di rumah.
Aku memiliki masa lalu yang menyenangkan ketika aku kecil dulu saat aku masih tinggal di rumah Nenekku di Bogor. Tapi kurasa kebahagiaan itu hanya bisa kurasakan ketika aku kecil. Karena sekarang, kehidupanku sudah berbeda.
[JUNI 2011]
Setelah pulang sekolah aku tidak langsung pergi ke rumah. Aku pergi ke taman kota untuk menghirup udara segar. Beberapa bulan belakangan ini kedua orang tuaku jarang berada di rumah karena sibuk dengan urusan bisnis mereka. Awalnya aku bisa memahami itu. Tapi entah kenapa sekarang aku benar-benar merasa kesepian. Rasanya tidak ada yang bisa memperhatikanku.
Tiba-tiba saja seorang wanita menghampiriku dan membuyarkan lamunanku. Dia adalah Hana, anak kelas XII IPS1. Kami saling kenal karena pernah terlibat dalam organisasi yang sama. Kami pun saling berbincang-bincang dan Hana mengajakku pergi malam itu. Tentu aku sedikit merasa heran karena tidak biasa-biasanya Hana mengajakku. Namun tidak ada alasan untuk menolak ajakan itu. Aku pikir tidak ada salahnya menghibur diri dan keluar malam bersama teman.
Tapi sungguh diluar dugaan ternyata dia membawaku ke sebuah club malam. Aku tidak pernah mengira kalau dia mengenal tempat seperti ini. Aku ditarik dan dipaksa masuk. Didalam, dia memperkenalkan aku pada teman-temannya. Mereka pun langsung mengajakku bergabung dan tidak membuatku canggung. Hanya
Aku tidak habis pikir dengan diriku sendiri. Dengan mudahnya aku tergoda dengan barang semacam itu. Padahal aku tahu kalau barang itu hanya berdampak negative bagi diriku. Tapi pada saat itu aku benar-benar khilaf.
***
“Bilva, kemarin pas pulang sekolah kemana? Aku kerumah kamu tapi kamunya ga ada. Malemnya aku telepon tapi ga aktif. Oh ya, katanya ulangan kemarin yang lulus cuma 5 orang termasuk kamu sama aku. Lalu mengenai tugas Fisika katanya harus dikumpulkan jam pelajaran keempat nanti. Kamu udah ngerjain belum? Aduh, aku ga ngerti yang no 7 nih. Sekarang ajarin aku ya, mumpung masih ada waktu. Gimana?” Aku langsung masuk kelas tanpa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang membuatku bingung harus menjawab darimana.
“Loh… loh… Va! Aku dicuekin. Va, Bilva! Tunggu!”
Itulah Mita. Dia cukup cantik dan pintar. Hanya saja sikap cerewetnya terkadang membuatku jengkel. Tapi bagaimanapun juga, begitulah cara dia menunjukkan perhatiannya.
Saat pulang sekolah, Mita menyadari ada sesuatu yang hilang pada diriku.
“Va, kalung kamu kemana?” Tanya Mita.
“Kusimpan dirumah.”
Selama ini kalung itu selalu menemaniku kemanapun aku pergi. Tapi kali ini aku tidak memakainya. Aku memang sengaja tidak memakainya karena benda itu hanya membuatku teringat pada pemiliknya.
“Va, kamu mau lupain dia? Tapi itu berarti kamu telah menyia-nyiakan waktu selama 7 tahun ini.”
“Oleh karena itu aku tidak mau menyia-nyiakan waktu lebih lama lagi.”
“Tidak bisakah kamu bersabar sedikit lagi?”
“Tidak.” Jawabku singkat.
Setelah percakapan itu berakhir, aku pulang dengan naik taksi. Mama dan Papa sudah pulang tapi kami tidak banyak mengobrol. Hanya sekedar saling menyapa dan menanyakan kabar. Setelah itu aku segera masuk kamar dan mengganti pakaianku. Tidak sengaja aku jatuhkan sebuah kotak dari atas lemari dan isi kotak itu berceceran di lantai. Sambil kubereskan kembali isi kotak itu, kutemukan surat beramplop hijau muda yang kuterima 7 tahun lalu. Aku buka surat itu dan kubaca kembali isinya.
Selamat ulang tahun,
selamat ulang tahun,
selamat ulang tahun Bilva… Selamat ulang tahun…
Aku harap aku bisa menyanyikannya langsung dihadapanmu, tapi aku tidak dapat melakukannya. Maafkan aku karena aku tidak bisa ikut merayakan pesta ulang tahunmu.Dan maafkan aku juga karena aku tidak mengatakan padamu kalau aku akan pergi. Aku benar-benar tidak sanggup mengucapkan salam perpisahan. Sungguh, aku ingin tetap berada disini bersamamu. Kau adalah teman terbaikku. Kumohon jangan lupakan aku dan yakinlah jika Tuhan mengizinkan maka kita akan dipertemukan kembali. Dan jika itu terjadi aku berjanji aku tidak akan pernah meninggalkanmu lagi. Jaga dirimu baik-baik. Oh ya, apa kau melihat sebuah kotak? Bukalah! Aku tidak sempat membeli hadiah. Dan benda itu adalah satu-satunya benda berharga yang aku miliki saat ini. Kupercayakan kalung itu padamu. Kuharap kau menyukainya.
Vino
Akupun jadi teringat kembali dengan petemuan pertamaku
dengannya.
-to be continue-
kenapa SEKOLAH MENENGAH PERTAM itu kelas XII? --a
BalasHapussaya khilaf -__-"
Hapus